PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
DARI PERSPEKTIF GENERASI MUDA TIMOR LOROSA’E1.
0leh:
Eng. Mariano Sabino
Koordinator Conselho Presidium Juventude Lorico
Asswain/PJLA2
Fenotipe manusia
terbentuk oleh interaksi antara genotipe dan lingkungan hidupnya, bahkan genotipe
sendiri tidaklah konstan melainkan terus-menerus mengalami perubahan karena
mutasi pada kromosomnya (baik mutasi spontanitas maupun pengaruh lingkungan). Tesis ini akan terus membangunkan manusia
untuk selalu memperhatikan faktor lingkungan sebagai salah satu faktor
determinan dari kehidupan manusia. Sebelum kita menelusuri lebih jauh prasyrat
pembangunan berkelanjutan maupun potensi generasi muda didalamnya, penulis
ingin mengawali tulisan ini dengan beberapa pertanyaan kritis untuk
direfleksikan bersama yakni: tujuan dan falsafah pembangunan, siapa saja pelaku
pembangunan, pembangunan untuk siapa, bagaimana proses dan tahapannya, apa saja
potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang kita miliki. Jawaban dari
pertanyaan kritis diatas sangat penting dalam mununtun kita dalam melakukan
analisis maupun studi komporatif dengan kasus-kasus negara-negara dunia ketiga
atau dalam mengembangkan konsep perekonomian Timor Lorosa’e, sehingga konsep
pembangunan kita tidak melayang-layang di awan melainkan realistis-pragmatis
dan menyentuh persoalan rakyat. Berikut beberapa pemikiran3
dasar yang berkembang dikalangan generasi muda Timor Lorosa’e antara lain:
Pembangunan bertujuan untuk merubah kualitas kehidupan manusia yang rendah menuju kualitas kehidupan yang lebih baik dan falsafah pembangunan yakni membangun manusia menjadi manusia yang lebih berkualitas secara utuh mandiri dan merata (Ukun Rasik’an4). Bila kita refleksikan dengan kehidupan rakyat Timor lorosa’e maka pembangunan dalam transisi kedepan adalah untuk merubah rakyat Timor lorosa’e yang dulunya ada di bawah banyang-banyang penjajah akan (penindasan, ketakutan, ketidakadilan, direndahkan kemanusiannya, disingkirkan, dirampok hak miliknya, dinegasikan budayanya, yang ditindaklanjuti dengan dibakar rumahnya) ke nuansa pembangunan yang lebih demokratis, membebaskan, menghargai martabat kemanusiannya, keadilan dan selanjutnya dijamin kesejahteraannya. Dengan demikian pembangunan tidak sekedar berorientasi mengejar pertumbuhan semata melainkan pembangunan partisipatif, merata dan utuh.
Sementara
pembangunan berkelanjutan dalam perspektif generasi muda yakni pembangunan yang
bertujuan memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa merugikan generasi yang
akan datang5. Secara implisit tesis ini
menuntut kualitas air, udara, tanah dan sumber kekayaan alam lainnya harus
dilestarikan untuk diteruskan ke generasi yang akan datang, karena pertumbuhan
ekonomi dan kualitas kehidupan dimasa mendatang di tentukan oleh kualitas
lingkungan pada saat ini, jadi lingkungan dituntut dapat mendukung pembangunan
berkelanjutan dengan terus-menerus karena tidak habisnya sumber daya yang
menjadi modal pembangunan (modal disini dibagi dalam dua tingkatan yakni modal
buatan manusia seperti ilmu dan teknologi/prasarana pembangunan dan yang kedua
adalah modal sumber daya alam baik yang bersifat terperbaharui maupun yang
tidak terperbaharui. Dengan demikian
generasi sekarang tidak hanya di tuntut merumuskan fondasi hukum, demokrasi,
hak asasi manusia yang di tuangkan dalam sebuah undang-undang dasar yang lebih
baik melainkan perlu pula fondasi ekonomi6
dan pembangunan berkelanjutan yang kokoh dan di undang-undangkan.
Pelaku pembangunan ada tiga elemen yang
penting yakni:
Ř Pemerintah,
Ř swasta
(individu/masyarakat dan pengusaha/investor) dan,
Ř NGO/LSM/Cociedade
Civil
Dengan dasar ini pembangunan bukan
monopoli dari satu elemen melainkan ketiga elemen saling melengkapi dan
berkesinambungan.
Sedangakan tahapan pembangunan sesudah
Timor lorosa’e dibumihanguskan maka kita memerlukan tiga tahapan awal yakni
tahap emergensi/darurat, tahap rehabilitasi dan tahap konsolidasi menuju
tahapan pembangunan yang sesungguhnya yakni dengan rencana pembangunan atau
garis-garis besar orientasi pembangunan. Pertanyaannya adalah sudah sampai
dimana tahapan pembangunan kita? Apakah masih terus di emergensi ataukah sudah
sampai di tahap konsolidasi atau baru sampai di seminar-seminar dan konferensi?
Jawaban pertanyaan ini sebenarnya sangat mudah bagi setiap penghuni negeri ini,
namun proses yang terjadi di negeri ini membuat kita tidak memiliki jawabannya.
Pemuda sebagai Potensi pembangunan berkelanjutan.
Sejarah telah menunjukkan keampuhan kekuatan muda dalam menyembuhkan berbagai penyakit pesimistis yang disebabkan oleh kelelahan dan kepasrahan menghadapi kekuatan kolonialis maupun neokolonialis. Dan pemuda bangkit sebagai pioner dan kompor revolusi yang menghanguskan pesimis dan kepasrahan dengan mentransformasikannya menjadi optimis dan semangat juang menuju kemenangan dan kejayaan. Dengan demikian pemuda sebagai tulangpunggung bangsa adalah sebuah tesis yang terus relevan pada setiap zaman, walau secara dinamis akan menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan pada setiap ruang dan waktu.
Secara historis relevansi tesis ini telah teruji praktis dan ilmiah dalam sejarah perjuangan bangsa Timor Lorosae, difase-fase perlawanan rakyat Timor Lorosae yang sulit dan berat para pemuda tampil7 dengan gagah berani dan meninggalkan berbagai warisan kepentingan kelompok8 dan kepentingan pribadi bahkan mempertaruhkan masa depannya untuk membela kepentingan bangsa dan rakyat Timor Lorosae yang ditindas.
Kebersamaan
para pemuda “UNIDADE NACIONAL”9
kemudian mereflesikkan dirinya dalam UNIDADE E ACAO (persatuan dan aksi)
telah menjadi kompor perjuangan dalam revolusi fisik. Sebagai titik klimax dari
seluruh perjuangan pemuda bersama rakyat Timor Lorosae berujung pada konsulta
popular 30 Agustus 1999 dengan kemenangan mutlak rakyat Timor Lorosae akan
keinginannya yakni Ukun Rasik An.
Referensi
potensi histories ini seharusnya terus dikelola dengan baik untuk mengisi
kemerdekaan dan menjamin pembangunan berkelanjutan, disisi lain kebersamaan di
masa-masa sulit dalam revolusi fisik telah menumbuhkan sebuah solideritas yang
menjadi salah satu pilar fundamental pembangunan bangsa Timor lorosa’e. Namun
untuk mengembangkannya perlu memperhatikan hal-hal berikut: Diagnosa siapa
pemuda Timor Lorosa’e sebenarnya? Bagaimana mengembangkan potensi pemuda
(sebuah rekomendasi)?
Pemuda
Timor Lorosa’e adalah: mereka yang turut memikul senjata dan gerliya sehingga
sama sekali tidak menikmati dunia pendidikan formal, mereka yang lahir dari
ibu-ibu yang waktu mengandung menahan rasa lapar apalagi soal pengaturan menu
dan gizi, mereka yang semasa kanak-kanaknya menahan lapar dan haus apalagi soal
gizi dan imunisasi balita, mereka yang tidak bisa sekolah atau putus sekolah
karena orang tua mereka tidak mampu bayar SPP dan membeli peralatan sekolah,
mereka yang sesudah selesai SLTA tidak berpeluang kuliah baik karena tidak
lulus ujian masuk perguruan tinggi atau karena system seleksi yang KKN, mereka
yang meninggalkan bangku pendidikan karena menjadi buronan polisi dan militer
Indonesia karena aktivitasnya dalam menentang invasi Indonesia, mereka yang
kuliahnya tidak selesai karena aktivitas politiknya, sebagian sempat
menyelesaikan kuliahnya dan sebagian ikut orangtuanya mengungsi keluar negeri
(Portugal dan Australia) sehingga bisa sekolah sampai senjang yang lebih tinggi
atau hanya sekedar bisa komunikasi bahasa Portugis/Inggris. Secara politik dan
sosiologis pemuda Timor lorosa’e dibesarkan oleh perlawanan dan kekerasan yang
sekaligus mempengaruhi perkembangan watak dan metal (bukan identik dengan
perlawanan dan kekerasan).
Faktor
kelemahan lain pendidikan Indonesia:
Karena
mengejar target proyek maka banyak sekolah (khususnya SLTP dan SLTA) tanpa
fasilitas dan tenaga pengajar yang memadai. Kedua dengan pertimbangan politis
maupun alasan teknis banyak SLTA dan SLTP tanpa guru bahasa Inggris sementara
bahasa Portugis dilarang pemakaiannya ditingkat kabupaten sampai ketingkat
pelosok.
Kurikulum
Indonesia dirancang untuk mendukung sebuah regim yang otoriter dan militeristik
maka visi dan misi pendidikan sangat dipengaruh tujuan pemerintah untuk
melegalkan kekuasaanya dengan indoktrinasi dan hegemoni.
Secara Politik, pemuda tetap diberi tempat untuk berpartisipasi dalam berbagai kebijakan nasional baik bentuk maupun isi (dalam arti pertama, dalam pengambilan kebijakan nasional harus meminta masukan sebanyak mungkin pemuda dan rakyat secara keseluruhan dan kedua, isi dari kebijakan adalah menjawab persoalan-persoalan mayoritas rakyat dan pemuda).
Secara Hukum, ini merupakan pertamakalinya Timor Lorosa’e menikmati kemerdekaan sehingga membutuhkan perombakan total segenap aspek kehidupan manusia dari alam penindasan ke alam kemerdekaan (khususnya hukum yang selama masa penjajahan adalah salah satu instrumen penindasan. Sehingga diperlukan penyadaran hukum yang harus ditindaklanjuti dengan penegakan hukum (butuh kesungguhan perangkat-perangkat hukum)
Investasi Manusia, pendidikan formal maupun informal merupakan manifestasi dari investasi manusia yang bila dilakukan dalam skala besar akan menjanjikan fondasi yang kokoh bagi pembangunan berkelanjutan. Dan investasi manusia merupakan kata kunci dari seluruh rangkaian analisis kita tentang pembangunan berkelanjutan. Dari referensi siapa pemuda Timor Lorosa’e diatas maka untuk Investasi manusia harus diambil tindak sebagai berikut:
Ř Penyusunan
kurikulum informal/dasar yang disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan
pembangunan tingkat sub-distrik dan pedesaan (jadi untuk memaksimalkan
produktivitas SDM perlu kurikulum untuk pendidikan non formal bagi pemuda yang
tidak melanjutkan pendidikan formal yang diorientasikan pada
pekerjaan-pekerjaan khas misalnya: usaha pertanian (agrobisnis) dalam skala
kecil, pertukangan, usaha-usaha wiraswasta maupun jasa-jasa komersil guna
memenuhi kebutuhan daerah, (perlu dukungan finansial melalui kredit bank atau
koperasi simpang-pinjam).
Ř Training/pelatihan
yang lebih dititikberatkan pada spesifikasi pekerjaan tertentu (dalam skala
beragam dan besar)
Ř Merancang
visi dan misi pendidikan yang bernuansa Ukun Rasik’an.
Ř Pendidikan
rakyat (pemberantasan buta huruf)
Ř Peningkatan
jumlah siswa pendidikan keahlian (D3) dalam skala besar untuk mengisi guna
memperkuat sektor swasta maupun negeri.
Ř Perlu
dirancang diskusi/kuliah tamu bagi tingkat sarjana guna terus meningkatkan
kapasitas mereka (setaraf S2 dan S3) dengan mendatangkan ahli-ahli luar negeri.
Ř Dirancang kursus komputer dan bahasa yang gratis (seperti yang dilakukan oleh Dewan Solideritas Mahasiswa dan di KNUA IMPETTU) dalam skala yang bisa menjawab seluruh peminat.
Ř Demi melengkapi investasi manusia maka perlu pengaturan menu/makanan bagi ibu-ibu hamil dan balita yang di monitoring oleh pemerintah dan mereka tidak mampu di fasilitasi/disediakan oleh pemeritah, guna lebih menjamin kesehatan dan pembentukan otak (penigkatan IQ) secara merata diseluruh wilayah.
Lapangan
kerja, perlu membuka
lapangan kerja bagi SDM produktif sesuai dengan SDA dan kebutuhan Negara Timor
lorosae dan mengurangi/menghilangkan pola penjatahan pekerjaan berdasarkan
Ijasah dan penguasaan bahasa.
Lingkungan
Hidup, perlu kampanye untuk
penyadaran lingkungan hidup (untuk menghindari pembakaran dan penembangan liar)
dan program reboisasi (disepakati dalam kalender nasional, sebulan sekali).
Air
Bersih dan Sanitasi, penyediaan
air bersih dan fasilitas sanitasi guna menjamin kebersihan dan kesehatan.
AMDAL,
ADSB, ADK: Analisis dampak
lingkungan, analisis dampak sosial budaya dan analisis dampak kesehatan bisa
dijadikan alat untuk merencanakan tindakan preventif pada setiap program
pembangunan, guna menjamin pembangunan berkelanjutan.
Lingkungan Timor lorosa’e
rusak akibat pertanian tradisonal yang berpindah-pindah dan peperagan yang
silih berganti di Timor lorosa’e, mulai dari penjajahan Portugis yang hobynya
memburu, sehingga perlu membakar hutan (tempat berlindung rusa, babi hutan, kerbau
liar dll). Kondisi ini diperparah oleh pendudukan Indonesia yang tidak hanya
membakar hutan tetapi juga membakar rumah-rumah penduduk dan perburuannyapun
meluas mulai dari binatang hutan (rusa, babi hutan, kerbau dan burung-burung
untuk oleh-oleh kelurganya, ternak rakyat sampai pada berburu manusia).
Singkatnya seluruh aspek kehidupan rakyat Timor lorosa’e dirusak.
Masa transisi:
pembangunan mulai nol, banyak program yang telah di capai oleh UNTAET. Namun
demikian beberapa point penting harus menjadi sorotan kita dalam konferensi ini
antara lain:
1.
Soal
rekontruksi yang berjalan lambat (tanpa konsep, fase-fase pembangunan dan
prioritas yang transparan dan partisipasi lokal dalam perumusannya), banyak
rumah-rumah kecil yang nonpermanen seperti disebelah kantor UNTAET, daerah
Pantai Kelapa, Komoro dll (yang mengindikasikan setelah UNTAET keluar
rumah-rumah itu pasti turut lenyap).
2.
Penanganan
fasilitas sosial dan kesehatan seperti penyediaan air bersih dan fasilitas
sanitasi, hal ini mungkin dipengaruhi oleh penyediaan Aqua dalam skala besar di
kantor-kantor yang bisa diminum dan sisanya bisa dipakai mandi.
3.
Hanya
memfungsikan satu Dermaga/Pelabuhan yaitu pelabuhan Dili, selain memperlambat
bongkar muat barang juga membuat sesaknya kontener yang bersejejer hingga
menutupi taman depan gereja Motael, sementara pelabuhan Com-Lauten, tidak
terurus yang seharusnya untuk kapal skala Internasioanal.
4.
Rusaknya
taman-taman, karena digunakan untuk jualan sebagai akibat dangkalnya
perencanaan tata kota oleh Untaet distrik Dili.
5.
Pendidikan
sebagai medium investasi manusia, seharusnya diprioritaskan baik dukungan
finansial untuk infrastrukturnya maupun kerangka lunaknya, hal ini menambah
pengangguran sebagai akibat tidak bisa melanjutkan kuliah atau sekolah bahkan
beberapa SD di pedalaman terancam tutup.
6. Tidak deteksi barang dan makanan yang masuk sehingga terlihat banyak mobil bekas yang tidak layak dipakai berjamur dikota Dili dan makanan kadaluarsa tersedia di toko/super market.
7. Soal keamanan pribadi, penegakkan hukum (alat hukum Civpol) tidak maksimal telah menambah keresahan sosial, rusak jembatan dan jalan raya sebagai sarana transportasi di beberapa daerah telah menimbulkan kesulitan besar daerah tersebut dalam memenuhi kebutuhan mereka. Dan lain-lain barangkali menjadi faktor penghambat dari pembangunan berkelanjutan. Catatan ini mengajak kita lebih proaktif dalam bekerja dengan UNTAET demi kelanjutan pembangunan TL.
Lingkungan sosial-budaya merupakan komponen penting yang tidak boleh di lupakan dalam pembangunan berkelanjutan di Timor Lorosa’e dan pembangunan di Timor lorosa’e tidak hanya mengejar pertumbuhan melainkan hal penting adalah indikator sosial dan kesejahteraan dan partisipasi rakyat secara merata dan adil.
Selama ini kita telah melakukan banyak seminar dan konferensi yang hanya selesai dalam draf tanpa realisasi, semoga seminar kali ini kita tidak melakukan hal yang sama. Terima kasih kepada panitia yang telah bersusah payah menyelenggarakan seminar ini, semoga Timor Lorosa’e kembali menjadi negeri yang hijau dan makmur seperti harapan setiap anak bangsa Timor lorosa’e.
1 . Disampaikan
dalam konferensi Pembangunan Berkelanjutan 25-31 Januari 2001 di Aula CNRT,
Balide.
2.Kelahiran
presidium merupakan refleksi panjang gerakan pemuda untuk merevitalisasi
gerakan pemuda dengan menyatukan visi dan misi serta mengkombinasikan taktik
dan strategi dalam menghadapi situasi krusial sesudah dua opsi di tawarkan dan
menjelang persiapan kampanye. Tahapan kelahiran Presidium Juventude Lorico
Asswain sebagai berikut:
·
8-9 Februari 1999 pertemuan para pimpinan
pemuda dengan presiden CNRT Kay Rala Xanana di LP. Salemba (rumah tahanan
khusus)
·
1 April 1999, rombongan terbesar Mahasiswa
(Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Mahasiswa dan Pemuda Timor Lorosa’e/DPP IMPETTU)
kembali ke tanah air.
·
12 April Pertemuan pertama antara pimpinan
organisasi pemuda di tanah air dengan mereka yang datang dari Indonesia dengan
mendiskusikan Plata Form yang tepat untuk mewujudkan pertemuan Salemba, dalam
pertemuaan ini nama Presidium Juventude Lorico Asswain disepakti sebagai plat
form bersama. Dan selanjutnya memilih sdr. Juvencio Martins dan Ir. Mariano
Sabino (sebagai koordinator I dan II PJLA).
·
Selanjutnya kegiatan bersama dimulai hingga
sampai deklrasi PJLA tanggal 26 Juli 1999. Setelah deklarasi seluruh anggota
diterjunkan pada kegiatan kampanye di daerah-daerah.
·
Tanggal 10/8/2000, merumuskan dan menyepakati
kembali Presidium sebagai payung bagi seluruh organisasi pemuda.
3
. Pemikiran ini bukan generalisasi dari seluruh pemikiran kelompok pemuda dan
terus terbuka untuk diperdebatkan dan dikoreksi.
4 . Ukun Rasik’An:Ukun lebih
menunjukkan struktural formal (bayangan kita akan lembaga formal peyelengaraan
negara) dan rasik’an lebih pada personalitas eksistensi (eksistensi
kepribadian).Pancarannya pada setiap aspek kehidupan berbangsa dan bernegara,
ukun rasik’an akan mentransformasikan dirinya dalam sebuah ekonomi rakyat yang
mandiri dengan ruang dan waktu yang dinamis dan kontinu, seorang petani
menterjemahkan ukun rasik’an pada sebidang tanah yang dimilikinya bisa diolah
untuk memenuhi segala kebutuhan dan dimanagemeni sendiri, serta menjadi tuannya
sendiri. Ukun rasik’an memancarkan filsafat pendidikan yang membuat orang untuk
Ukun Rasik’An (pendidikan yang membebaskan) artinya pendidikan bukan justru
menciptakan orang menjadi robot yang membatasi perkembangan pengetahuannya
melainkan memberi ruang pada perkembangan pengetahuan yang berorientasi pada
pembebasan. Mentransformasikan sebuah kultural tanpa penindasan sebagai hasil
sintesis dari tesis budaya asli yang hampir tidakteraba dengan antitesanya
budaya kolonialisme dan ukun rasik’an sebagai stimulus (bahkan wajib)
untuk membebaskan berbagai mentalitas dan alat kolonialis. Rakyat harus
dilibatkan dalam mengambil keputusan dan menentukkan kebijakkan negara serta
isi kebijakkan tersebut harus mencerminkan kepentingan orang banyak, hal ini
sebagai wujud yang kongkrit ilham ukun rasik’an. Tentu masih banyak aspek yang
merupakan derivat dari cita-cita nasional yang perlu dipelajari secara
mendalam, diteliti, didiskusi, dikaji dan dianalisis sebelum Ukun Rasik’An
terangkat sebagai landasan dasar Timor Lorosae. Barangkali ini hanya sekedar
membuka wacana kita yang selama ini dibekukan oleh berbagai persolan temporer
dan emergensi yang hampir tidak memberi ruang bagi diskusi ilmiah dan
masalah-masalah fondasi kenegaraan (baca Ukun Rasik’an sebagai salah satu
falsafah bangsa, usulan IMPETTU).
5 .jadi menuntut lingkungan dapat mendukung pembangunan berkelanjutan secara terus-menerus karena tidak habisnya sumber daya yang menjadi modal pembangunan.
6 .
Tiga Faktor Pokok yang harus menjadi pertimbangan basis
dan fundamental perekonomian Timor Lorosa’e yakni: Faktor Solidaridade
(solideritas) yang sudah terbangun secara cultural yang dikokohkan perlawanan,
Lingkungan (Ambiente) yaitu lingkungan yang berkelanjutan dan Liberdade adanya
nuansa kompetisi tanpa menyepelekan keadilan dan pemerataan.
7
.gerakan pemuda di Timor Lorosa’e bergerak di semua line perlawanan (Front
Kladestin, armada dan diplomasi. Aksi pemuda menyambut kedatangan Paus di Tasi
tolu 1989 memecahkan kebisuan perlawanan di Timor lorosa’e dan sekaligus
sebagai pemberontakan terbuka terhadap pendudukan Indonesia.
8 . lahirnya organisasi pemuda yang
nonafiliatif menunjukkan keinginan besar dari kaum muda untuk segera menyatukan
kekuatan secara terfokus dalam mengusir penjajah/penindas.
9 . Unidade dimasa perlawanan merupakan sesuatu yang organik, institusional dan menyatu secara kental, sementara unidade dimasa kemerdekaan merupakan langkah untuk mencapai cita-cita dan bukan institusional, antara lain unidade untuk Demokrasi, unidade untuk penegakkan HAM, unidade untuk menjaga stabilitas politik dan seterusya.